Thursday, November 19, 2015

SEJARAH ADANYA PENGAMEN

SEJARAH ADANYA PENGAMEN

1.      Pengertian Pengamen
Pengamen atau sering disebut pula sebagai penyanyi jalanan (Inggris: street singers), sementara musik-musik yang dimainkan umumnya disebut sebagai Musik Jalanan. Pengertian antara musik jalanan dengan penyanyi jalanan secara terminologi tidaklah sederhana, karena musik jalanan dan penyanyi jalanan masing-masing mempunyai disiplin dan pengertian yang spesifik bahkan dapat dikatakan suatu bentuk dari sebuah warna musik yang berkembang di dunia kesenian.
Perkembangan pengamen telah ada sejak abad pertengahan terutama di Eropa bahkan di kota lama London terdapat jalan bersejarah bagi pengamen yang berada di Islington, London, pada saat itu musik di Eropa berkembang sejalan dengan penyebaran musik keagamaan yang kemudian dalam perkembangannya beberapa pengamen merupakan sebagai salah-satu landasan kebudayaan yang berpengaruh dalam kehidupan umat manusia.
Ngamen sebenarnya dapat diartikan menjual ‘keahlian’, khususnya dalam bidang musik yang berpindah-pindah tempat atau berkeliling dari stau tempat ke tempat yang lain, sedangkan pengamen adalah orang yang melakukan kegiatan ngamen tersebut. Menjual keahlian karena dilihat dari sejarahnya banyak pengamen di Jawa memang berlatar belakang sebagai pemain karawitan (musik tradisional Jawa). Sebagai contoh Wiro Sumarto dari Klaten Jawa Tengah, yang memang seorang pangrawit yang karena sepinya pertunjukan musik, maka dengan teman-temannya dia menggantungkan hidup dari kegiatan bermain musik keliling dengan menjual jasa secara suka rela, namun dengan harapan ada balasan berupa materi (uang). Kegiatan ini sudah dimulai sebelum tahun 1960-an. Pada tahun 1969 muncul seorang pengamen generasi mereka di Yogyakarta, yaitu Pak Sujud. Dalam bahasa Cirebon disebut dengan Bebarang. Karena tidak ada satu tempat khusus sebagai tempat pertunjukannya, dan dianggap sebagai kesenian yang kwalitasnya rendah maka ngamen  diartikan sebagai ngemis atau meminta-minta. Mengamen diartikansebagai meminta sesuatu (uang) dengan usaha yg seminimal mungkin.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia ngamen terdiri dari dua pengertian, pertama sebagai kegiatan keliling bermain musik dengan mengharapkan bayaran, kedua sebagai kegiatan pergi melaut mencari ikan. Demikian juga pengertian yang sama dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Dalam kamus online pengamen ditulis sebagai “beg while singing playing musical instruments or reciting prayers, atau be persistent (memaksa).”Pengertian-pengertian yang diberikan dalam beberapa kamus pengertiannya hampir sama. Kegiatan bermain musik dari satu tempat ke tempat lain dengan mengharapkan imbalan sukarela atas pertunjukan yang mereka suguhkan. Namun karya yang mereka suguhkan berbeda-beda, baik dari segi bentuk dan kwalitas maupun performanya.

2.      Macam & Jenis-Jenis Pengamen Jalanan / Artis Penghibur Jalanan
Seperti kita tahu bahwa salah satu rofesi yang paling favorit dijalankan oleh orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap adalah menjadi pengamen baik secara sendiri-sendiri maupun berkelompok. Mengamen tidak harus bernyanyi tetapi juga bisa hanya memainkan alat musik atau hanya bertugas menarik uang receh dari pendengar ngamenan.Pengamen ada di mana-mana mulai di perempatan jalan raya, di dalam bis kota, di rumah makan, di ruko, di perumahan, di kampung, di pasar, dan lain sebagainya. Penampilan pengamen pun macam-macam juga mulai dari tampilan yang biasa saja sampai penampilan banci / bencong, anak punk, preman, pakaian muslim, pakaian pengemis, pakaian seksi nan minim, dsb.Pengamen terkadang sangat mengganggu ketenangan kita akan tetapi mau bagaimana lagi. Jika mereka tidak mengamen mereka mau makan apa dan daripada mereka melakukan kejahatan lebih baik mengamen secara baik-baik walawpun mengganggu.Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis pengamen :

o   Pengamen Baik
Pengamen yang baik adalah pengamen profesional yang memiliki kemampuan musikalitas yang mampu menghibur sebagian besar pendengarnya. Para pendengar pun merasa terhibur dengan ngamenan pengamen yang baik sehingga mereka tidak sungkan untuk memberi uang receh maupun uang besar untuk pengamen jenis ini. Pengamen ini pun sopan dan tidak memaksa dalam meminta uang.

o   Pengamen Tidak Baik
Pengamen yang tidak baik yaitu merupakan pengamen yang permainan musiknya tidak enak di dengar oleh para pendengarnya namun pengamen ini umumnya sopan dan tidak memaksa para pendengar untuk memberikan sejumlah uang. Tetapi ada juga yang menyindir atau mengeluh langsung ke pendengarnya jika tidak mendapatkan uang seperti yang diharapkan.

o   Pengamen Pengemis
Pengamen ini tidak memiliki musikalitas sama sekali dan permainan musik maupun vokal pun ngawur seenak udel sendiri. Setelah mengamen mereka tetap menarik uang receh dari para pendengarnya. Dibanding mengamen mereka lebih mirip pengemis karena hanya bermodal dengakul dan nekat saja dalam mengamen serta hanya berbekal belas kasihan orang lain dalam mencari uang.

o   Pengamen Pemalak / Penebar Teror
Pengamen yang satu ini adalah pengamen yang lebih suka melakukan teror kepada para pendengarnya sehingga para pendengar merasa lebih memberikan uang receh daripada mereka diapa-apakan oleh pengamen tukang palak tersebut. Mereka tidak hanya menyanyi tetapi kadang hanya membacakan puisi-puisi yang menebar teror dengan pembawaan yang meneror kepada para pendengar. Pengamen jenis ini biasanya akan memaksa diberi uang dari tiap pendengar dengan modal teror. Pengamen ini layak dilaporkan ke polisi dengan perbuatan tidak menyenangkan di depan umum.

o   Pengamen Penjahat
Pengamen yang penjahat adalah pengamen yang tidak hanya mengamen tetapi juga melakukan tindakan kejahatan seperti sambil mencopet, sambil nodong, menganiaya orang lain, melecehkan orang lain, dan lain sebagainya. Kalau menemukan pengamen jenis ini jangan ragu untuk melaporkan mereka ke polisi agar modus mereka tidak ditiru orang lain.

o   Pengamen Cilik / Anak-Anak
Pengamen jenis ini ada yang bagus tetapi ada juga yang sangat tidak enak untuk didengar. Yang tidak enak didengar inilah yang lebih condong mengemis dari pada mengamen. Akan tetapi bagaimanapun juga mereka hanya anak-anak bocah cilik yang menjadi korban situasi dari orang-orang jahat dan tidak kreatif di sekitarnya. Pengamen anak ini ias dipaksa menjadi pengamen oleh orang tua, oleh preman, dsb namun juga ada yang atas kemauan sendiri dengan berbagai motif. Sebaiknya JANGAN DIBERI UANG agar tidak ada anak-anak yang menjadi pengamen. Mereka seharusnya tidak berada di jalanan.

3.      Pengamen Jalanan juga Target Operasi Street Crime
Para pengamen ini biasanya melakukan kegiatanya dengan menyasar para pelanggan rumah-rumah makan maupun warung-warung tenda di pinggiran jalan. ''Mereka mengamen tapi jangan sampai menekan (memaksa) kepada pelanggan meski hanya seribu atau dua ribu rupiah saja,'' jelasnya.Keberadaan pengamen memang dinilai cukup meresahkan masyarakat, pasalnya mereka bisa meminta uang pada orang (pelanggan) yang sama hingga tiga sampai empat kali meski personilnya (pengamen) beda tetapi alat musik yang mereka gunakan masih sama.''Kadang kita sadari bahwa saat kita makan hingga satu jam bisa saja 3-4 kali dengan gitar yang sama hanya personilnya beda. Ini yang akan menjadi target kita,'' ujar Kombes Zulkarnain Adinegara.
Aktifitas para pengamen itu bisanya dilakukan pada malam hari sehingga terkadang lepas dari jangkuan operasi kepolisian.Pada gelaran operasi yang bertujuan untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat itu dilaksanakan di seluruh Indonesia. Operasi tersebut menargetkan tempat-tempat yang dianggap rawan kejahatan seperti kawasan pusat-pusat perbelanjaan, tempat sepi, lampu merah, dll.

4.       Anak Jalanan, Anak Bangsa
Saat ini, permasalahan terkait anak semakin banyak dan beragam. Indikasinya adalah semakin banyaknya anak-anak terlantar dan yatim-piatu yang tidak terurus, pemberdayaan anak-anak yang tidak pada tempatnya seperti dipekerjakan dengan waktu kerja yang sangat keterlaluan dan gaji yang tidak masuk akal, dsb. Sedangkan kita semua mengetahui bahwa kehidupan anak-anak seharusnya diisi dengan bermain, belajar, dan bersuka ria. Begitu juga dengan permasalahan anak jalanan di perkotaan merupakan suatu hal yang dianggap wajar oleh masyarakat, padahal hal ini seharusnya merupakan suatu hal yang tidak wajar terjadi. Permasalahan anak jalanan merupakan salah satu dampak dari kurangnya kesadaran dan kepedulian sosial di masyarakat terhadap kondisi anak-anak.
Undang-undang dasar mengatur bahwa Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara (pasal 34 ayat 1), namun kenyataannya kemampuan pemerintah tidak sebanding dengan meningkatnya permasalahan anak, baik secara kuantitas maupun kualitas. Jumlah anak terlantar (dimana anak jalanan termasuk didalamnya) cenderung semakin meningkat, seiring dengan permasalahan kemiskinan yang belum dapat diatasi. Data PUSDATIN tahun 2006 menunjukkan bahwa anak terlantar di Indonesia mencapai 2.815.383 jiwa. Karena keterbatasan pemerintah itulah, peran aktif dari masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan ini sangat dibutuhkan.
Apa yang dapat dilakukan masyarakat terkait anak jalanan tersebut? Pada dasarnya, kebutuhan individu dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar, yaitu kebutuhan fisiologis dan psikologis (Cole dan Bruce, 1959). Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan primer seperti makan, minum, tidur, seksual, atau perlindungan diri. Sedangkan kebutuhan psikologis yang disebut juga kebutuhan sekunder dapat mencakup kebutuhan untuk mengembangkan kepribadian seseorang, contohnya adalah kebutuhan untuk dicintai, kebutuhan mengaktualisasikan diri, atau kebutuhan untuk memiliki sesuatu, di mana kebutuhan psikologis tersebut bersifat lebih rumit dan sulit diidentifikasi segera.Begitu juga dengan anak jalanan tersebut, untuk dapat memupuk harga diri, perilaku dan aktualisasi dirinya, pertimbangan mengenai keunggulan dan kelemahan serta kebutuhan anak jalanan tersebut perlu dilakukan.
Begitu juga dengan kondisi anak-anak jalanan (ANJAL) yang berada di sekitar pasar Ciroyom Bandung ini. Begitu banyak orang yang menilai negatif terhadap ANJAL tanpa mengetahui kondisi ANJAL tersebut dengan sesungguhnya. Mengelem, meminta-minta memang dianggap hina oleh masyarakat sekitar, bahkan oleh kaum terdidik seperti mahasiswa juga menganggap hal itu adalah perbuatan hina. Namun apakah kita mengetahui apa penyebab mereka melakukan perbuatan hina tersebut secara langsung? Pasti kebanyakan dari kita hanya berasumsi tanpa terjun secara langsung untuk mencari tahu penyebab mereka melakukan hal ini. Dengan menumbuhkan dan menunjukkan sedikit rasa kepedulian kita dengan cara mencari informasi mengenai kondisi anak jalanan itu dapat memberikan kontribusi dalam perubahan perilaku anak jalanan tersebut.
Sebagai contoh, di Rumah Belajar  Sahabat Anak Jalanan Ciroyom, para anak jalanan mendapatkan sedikit rasa kepedulian dari berbagai macam relawan yang datang dan pergi. Rasa kepedulian itu bermacam-macam bentuknya, ada yang mengajak mereka menggambar bersama, ada yang mengajarkan baca tulis dan berhitung, ada yang mengajak mereka jalan-jalan dan bahkan ada yang rela menginap barsama mereka untuk menunjukkan kepedulian mereka. Mungkin tidak semua orang sudah memiliki sekaligus merealisasikan rasa kepedulian mereka seperti yang diatas. Untuk mulai menumbuhkan rasa kepedulian dan merealisasikannya membutuhkan niat yang begitu luar biasa pada awalnya. Coba kita pikirkan, waktu kita dalam sehari ada 24 jam, tidak bisakah kita luangkan waktu kita lima menit dalam satu hari untuk menyapa dan menanyakan kabar mereka, atau mungkin setengah jam dalam sehari untuk mengajarkan arti dan makna hidup ini.Saat ini, permasalahan terkait anak semakin banyak dan beragam. Indikasinya adalah semakin banyaknya anak-anak terlantar dan yatim-piatu yang tidak terurus, pemberdayaan anak-anak yang tidak pada tempatnya seperti dipekerjakan dengan waktu kerja yang sangat keterlaluan dan gaji yang tidak masuk akal, dsb.
Sedangkan kita semua mengetahui bahwa kehidupan anak-anak seharusnya diisi dengan bermain, belajar, dan bersuka ria. Begitu juga dengan permasalahan anak jalanan di perkotaan merupakan suatu hal yang dianggap wajar oleh masyarakat, padahal hal ini seharusnya merupakan suatu hal yang tidak wajar terjadi. Permasalahan anak jalanan merupakan salah satu dampak dari kurangnya kesadaran dan kepedulian sosial di masyarakat terhadap kondisi anak-anak, coba bayangkan ketika kita dilahirkan kedunia dalam kehidupan serba pas-pasan dan miskin apakah kita menyalahkan kedua orang tua kita? disini saya melihat banyak hal yang sangat berbeda. setiap hari saya berangkat san pulang kekantor tempat saya bekerja dengan kereta api jurusan bojong gede jakarta-kota saya melihat banyak sekali anak-anak jalanan atau terlantar mengais rejeki dikereta apai ekonomi mulai pagi hingga petang bahkan kadang malam hari saat mereka harus istirahat mereka masih terus berjuang untuk hidup dimanakah peran pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan di Ibukota Jakarta ini apakah pemerintah daerah maupun pemerintah pusat sudah benar-benar mengentaskan kemiskinan yang saat mereka berjanji untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia.
Apakah sudah terealisasi dengan benar coba lihat seorang ibu hamil masih mengais rejeki untuk biaya persalinan anak-anak yang mengamen untuk sekedar mencari sebungkus nasi untuk makan hari ini para tuna netra yang dilepas setelah selesai dibina dari panti-panti untuk mencari makan di kereta coba bayangkan ini hanya sedikit dari kemiskinan di ibu kota masih ada lagi para gadis belia menjajakan diri dipinggiran Ibukota untuk bisa bertahan hidup hal ini sangat terasa kalau hidup ini adalah perjuangan namum bagaimana dengan tanggungjawab pemerintah apakah hal ini terus akan berjalan sesuai dengan kodrat masing-masing manusia coba bayangkan bila nasib kita sama dengan mereka.


Referensi :
Anarita, Popon, dkk, Baseline Survei untuk Program Dukungan dn Pemberdayaan Anak Jalanan di Perkotaan (Bandung), Bandung: Akatiga-Pusat analisis sosial, 2001.
Arief, Armai, “ Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dan Stabilitas Nasional”, Dalam Jurnal Fajar, LPM UIN Jakarta, Edisi 4, No.1, November 2002.
Direktorat Pemberdayaan Peran Keluarga Dirjen Pemberdayaan Sosial, Standarisasi Pemberdayaan Peran Keluarga, Jakarta: Depsos, 2002.
Goode, William J, Sosiologi Keluarga, Jakarta: Bumi Aksara, Cet IV, 1995.

Sunusi, Makmur, Anak Terlantar Dalam Perspektif Pekerjaan Sosial, Endang WD BM, Kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta Dalam Penanganan Anak Terlantar, Makalah Dalam Seminar Nasional ‘Penanganan Anak Terlantar Berbasis Keluarga”, Jakarta: UMJ, 12 April 2003.

1 comment:

  1. Saya tidak sependapat dengan ini..
    "Namun apakah kita mengetahui apa penyebab mereka melakukan perbuatan hina tersebut secara langsung? Pasti kebanyakan dari kita hanya berasumsi tanpa terjun secara langsung untuk mencari tahu penyebab mereka melakukan hal ini."

    Sebenarnya tidak ada pembenaran untuk perilaku yg menyimpang, seperti: ngelem, minum miras oplosan, ngamen dengan kekerasan, mengemis padal sehat jasmani dan rohani, terpaksa mencuri karena lapar.. dst.. itu tidak bisa dibenarkan.. termasuk profesi pelacur itu terhina karena kita tidak pernah menjadi pelanggannya.. apakah begitu?

    Sebuah perilaku menyimpang apalagi yg bersifat merugikan orang lain, itu tetap saja salah! jadi bagaimana pula jika seorang koruptor beralasan dia terpaksa korup karena dipaksa atasannya, karena dipaksa istrinya, karena keluarganya butuh biaya.. dst.. apakah bisa dibenarkan?

    Apakah kita tidak ber-empati pada para koruptor karena mereka kaya? sedangkan pengamen yg melakukan kejahatan jalanan (street crime) dicarikan pembenarannya? saya rasa tidak! karena kejahatan itu memang bakat.. kalau bakatnya jahat, jadi apa pun dia pasti tetap jahat.

    ReplyDelete

TASK 8 : INTERNATIONAL JOURNAL 2

Judul PI: PEMBUATAN APLIKASI PENGOLAH DATA PASIEN  KLINIK Dr. LINDA HALIM MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 DAN MICROSOFT ACCESS Visual Ba...